Kamis, 05 Maret 2015



PEDOMAN PENULISAN PROPOSAL PENELITIAN

Hasan Mustafa
 
Masalah Penelitian (Research Problem)
Semua penelitian dimulai dari adanya suatu masalah. Apa yang dimaksud dengan masalah penelitian (research problem)? 
Since research problem by definition involves an issue in need of investigation, it follows that a basic research problem is that it is “researchable”  Gay and Diehl, 1992)
A problem does not necessarily mean that something is seriously wrong with a current situation that needs to be rectified immediately. A “problem” could simply indicate an interest in an issue. (Uma Sekaran, 2003)
 “A research problem , or phenomenon as it might be called in many forms of qualitative research, is the topic you would like to address, investigate, or study, whether descriptively or experimentally. It is the focus or reason for engaging in your research. It is typically a topic, phenomenon, or challenge that you are interested in and with which you are at least somewhat familiar. 1)  
Kesimpulannya, masalah penelitian adalah sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti, dan lalu dijadikan isu atau topik penelitiannya.

1.PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Penelitian
Uraian tentang mengapa mahasiswa (peneliti) tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan isu/topik/masalah penelitiannya. Misalnya, jika judul penelitiannya adalah “ Analisis Bauran Pemasaran Restoran X”, maka peneliti harus menjelaskan alasannya mengapa dia memilih “bauran pemasaran” sebagai isu/masalah  penelitiannya, dan  mengapa obyek penelitiannya di “restoran X”?. Penjelasannya harus logis dan akademik. Kalaupun restoran tersebut milik nya sendiri, hal tersebut tidak boleh dijadikan dasar mengapa dia memilih restoran tersebut.
Dalam menjelaskan latar belakang penelitian, selain menguraikan pemikirannya sendiri, penelti boleh saja mengacu pada sumber-sumber lainnya yang relevan. Jika hal tersebut dilakukan maka diharuskan untuk membuat daftar kutipan 

b. Identifikasi Masalah
Beberapa penulis buku “metlit.” menyamakan pengertian identifikasi masalah dengan definisi masalah. Identifikasi masalah adalah proses memperjelas masalah penelitian dari yang bersifat umum menjadi lebih spesifik  sehingga lebih mudah dikenali.  Misalnya, dari contoh masalah di atas –“bauran pemasaran”,  peneliti harus lebih menjelaskan apa yang dimaksud dengan bauran pemasaran secara lebih rinci, apa yang ingin diketahui tentang bauran pemasaran – strateginyakah?, aktivitasnyakah?, hambatan-hambatannykah?, dlsb.
Identifikasi masalah dapat dirumuskan dalam kalimat pertanyaan seperti yang dicontohkan oleh Uma Sekaran (2003) : - How has the new packaging affected the sales of product?. What are the effects of downsizing on the long range growth patterns of companies? What are the components of “quality circles”?

c. Tujuan Penelitian
Di sini mahasiswa (peneliti ) harus mampu menguraikan tujuan akhir  yang akan dicapai oleh penelitiannya. Atau dengan kata lain peneliti harus menyebutkan hasil akhir dari penelitiannya secara lebih rinci. Peneliti belum cukup jika hanya menyatakan: “ tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana bauran pemasaran di restoran X”, karena uraian tersebut masih terlalu umum. Dia harus lebih merinci tujuan yang umum tersebut  ke dalam tujuan yang lebih spesifik.  Tujuan penelitian sebaiknya dituliskan dalam bentuk pernyataan.  Mis.: “Ingin mengetahui bagaimana aktivitas promosi yang dilakukan perusahaan”. “ “Ingin mengetahui masalah apa yang dihadapi manajer dalam mengelola pegawainya”, dst, dst.
Contoh :   
The overall purpose of this study is “to examine the effect of telling stories on nursery children's literacy skills.” 
Once the overall purpose has been explained, then write a specific purpose about every key variable. Specific purposes for the research study might include:
(1)    Identify how often nursery teachers tell stories in the classroom.
(2)  Determine the effect of telling stories on nursery children's reading fluency.
(3)   Determine the effect of telling stories on nursery children's reading comprehension.
(4)   Determine the effect of telling stories on nursery children's vocabulary.
(5) Determine the effect of telling stories on nursery children's interest in reading. 2)

d. Kegunaan Penelitian
Dalam sub bab ini, mahasiswa (peneliti) harus menguraikan kegunaan atau manfaat hasil penelitiannya baik bagi dunia praktis, maupun bagi kepentingan teoritis atau akademik. 
Kegunaan Penelitian atau Manfaat Penelitian, mengungkapkan secara spesifik kegunaan yang hendak dicapai dari:  Aspek teoritis (keilmuan) dengan menyebutkan kegunaan teoritis apa yang dapat dicapai dari masalah yang diteliti.   Aspek praktis (guna laksana) dengan menyebutkan kegunaan apa yang dapat dicapai dari penerapan pengetahuan yang dihasilkan penelitian ini.

Contoh : 
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:
( 1)   Pengembangan Ilmu Pengetahuan :  Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil belajar di kelas.
 (2) Bagi Sekolah :  Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
(3) Bagi Siswa:  Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran inovatif. 3) 

e. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah tempat (perusahaan) di mana mahasiswa (peneliti ) melakukan penelitiannya atau produk/jasa yang akan ditelitinya - misalnya, jika mahasiswa akan meneliti kepuasan konsumen terhadap produk X , maka  mahasiswa tersebut harus menjelaskan secara rinci produk X tersebut.

2. KERANGKA TEORI/PEMIKIRAN

a. Teori Pendukung
“A theoretical framework is a conceptual model of how one theorizes or makes logical sense of the relationships among the several factors that have been identified as an important to the problem” (Uma Sekaran, 2003)
Karena fungsi pemaparan teori dalam penelitian deduktif adalah sebagai landasan untuk menetapkan logika penelitian maka teori pendukung yang seharusnya dikemukakan adalah teori-teori yang mempunyai kaitan langsung dengan masalah yang akan diteliti. Jika yang akan diteliti adalah “gaya kerpemimpinan”, maka peneliti harus lebih fokus menguraikan konsep “gaya kepemimpinan”, bukan menguraikan teori kepemimpinan yang sifatnya umum.  Peneliti seyogianya memilih teori yang mempunyai kegunaan langsung bagi penetapan hipotesis, pertanyaan penelitian, bahkan sampai dengan penetapan definisi operasional variabel peneilitiannya. – Developing such a conceptual framework helps us to postulate or hypothesize and test certain relationships and thus to improve our understanding of the dynamic of the situation. (Uma Sekaran, 2003)

b. Hasil Penelitian Terdahulu
Umumnya, sumber dari hasil penelitian terdahulu adalah jurnal-jurnal ilmiah.  Mahasiswa harus hati-hati dalam memilih hasil penelitian terdahulu karena tidak sertamerta (otomatis)  hasil penelitian tersebut tepat untuk dijadikan acuan (referensi) bagi rencana penelitiannya.  Peneliti tidak boleh hanya melihat hasil akhir dari penelitian terdahulu, tetapi juga mempelajari dengan seksama metode penelitiannya – cara memperoleh hasil penelitiannya  (proses). Bahkan ketika penelitinya menggunakan metode yang benar tetapi instrumen penelitian tidak valid, teknik penarikan sampelnya salah, jumlah sampel yang terlalu sedikit, atau analisis datanya tidak tepat, maka dapat dipastikan hasilnya pun akan salah. Dan, jika hasil penelitian yang salah dijadikan sebagai acuan untuk menyusun hipotesis, maka hipotesis penelitiannya pun bisa tidak akurat.

c. Hipotesis Penelitian
Karena  dalam penelitian deduktif, hipotesis penelitian disusun berdasarkan kerangka teori yang diacu oleh peneliti dan jika ada ditambah dengan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis penelitian bukan atau tidak sama  dengan hipotesis statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis - (Ha – Ho). Hipotesis penelitian harus secara eksplisit menyatakan dugaan peneliti atas masalah penelitiannya
Di bawah ini adalah contoh-contoh hipotesis relasional dalam  penelitian.
“ If Employees are more healthy, then, they will take sick leave less frequently “ (Uma Sekaran, 2003)
“ The greater the stress experienced in the job, the lower the job satisfaction of employees” (Uma Sekaran, 2003)
“There is a difference between the work ethic values of American and Asian employees” (Uma Sekaran, 2003) ( Gay and Diehl, 1992)
“New employees who have assigned mentors have higher first year performance evaluations than new employees who do not have assigned mentors” ( Gay and Diehl, 1992)
“Young machinist (under 35 years of age) are less productive than those who are 35 years age or older” (Cooper and Schindler, 2000)
“An increase in family income leads to an increase in the percentage of income saved” (Cooper and Schindler, 2000)

3. METODE PENELITIAN 

a. Jenis Penelitian
Peneliti harus menjelaskan jenis penelitian apa yang akan digunakan. Dari beberapa literature tercatat ada beberapa jenis penelitian. (1) Kuantitatif, (2) Kualitatif, (3) Action Research, (4) Penelitian Murni, (5) atau Penelitian Terapan.

b. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara atau langkah-langkah yang seharusnya dilakukan peneliti agar dapat mencapai tujuan penelitiannya dengan cara yang benar . Dengan demikian titik awal dalam menentukan metode penelitian adalah dari tujuan penelitian yang sudah dinyatakan dalam bab sebelumnya.
Gay dan Diehl , 1992 menyebutkan beberapa metode penelitian  ( research by method ) yaitu:
 (1)  jika tujuannya ingin mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel penelitian (mis. “the effect of positive reinforcement on job performance”),  maka metodenya Experimental  atau (mis.: “the effect of sex on job success of MBA graduates”) maka metodenya  Causal Comparative (2) jika tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan atau asosiasi antara variabel penelitian (mis. “the relationship between anxiety and accuracy”) , maka metodenya adalah Correlational (3) jika tujuannya untuk mendeskripsikan/ menggambarkan fenomena yang sedang ditelitinya seperti apa adanya sekarang,  (mis.: “employee attitudes toward flex-time scheduling” ) maka metodenya Descriptive.(4) jika tujuannya untuk mendeskripsikan/ menggambarkan fenomena yang sedang ditelitinya, seperti apa adanya di masa lalu ( mis.: ”Factors leading to the development and growth of trade union” ), maka metodenya Historical
Uma Sekaran, 2003 menuliskan  beberapa metode penelitian yaitu: (1), jika tujuan peneliannya adalah sekedar ingin tahu fenomena  guna memperoleh gambaran umum saja , maka metodenya Exploratory Studi. (2), jika tujuannya ingin mengetahui secara lebih mendalam variabel-variabel penelitiannya, maka metodenya  Descriptive Study. (3) jika tujuan peneliti ingin mengetahui hubungan sebab akibat dari variabel penelitiannya -variable X cause variable Y-, (mis. : does smoking cause cancer?) maka metodenya  Causal Study. (4) jika tujuan penelitiannya hubungan/asosiasi – bukan hubungan sebab akibat- antar variabel penelitian ( mis.: are smoking and cancer related?)  , maka metodenya  Correlational Study. (5) jika jenis penelitiannya kualitatif yang menggunakan wawancara mendalam sebagai alat pengambilan data, maka metodenya  Case Study,

c. Model Penelitian/Tahap Penelitian
Model Penelitian dan Tahap Penelitian  merupakan dua konsep yang berbeda secara substatif. Model penelitian merupakan abstrak dari pemikiran peneliti yang dipresentasikan dalam bentuk gambar atau diagram yang mampu menjelaskan kerangka kerja teoritis penelitiannya.  Di dalamnya terlibat berbagai variabel yang secara teoritis terlibat dalam masalah penelitian. Tugas peneliti menjelaskan hubungan hubungan antar variabel variabel tersebut . Karena model penelitian mempunyai kaitan erat dengan kerangka teoritis yang diacu peneliti maka sebaiknya merupakan bagian dari  sub topik “teori pendukung”.
Tahap penelitian yaitu langkah-langkah (tahapan) yang akan dilakukan peneliti  mulai dari penetapan masalah  sampai dengan analisis data pnenelitiannya.  

d. Operasionalisasi variabel.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif maka makna  operasionalisasi variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel  (operationalizing, or operationally defining a concept to render it measurable,…(Uma Sekaran, 2003). An operational definition is a definition stated in terms of specific testing or criteria. These terms must have empirical referents (that is, we must be able to count, measure, or in some other way gather the information through our senses)-  (Cooper and Schindler, 2000).
Banyak cara menyusun definisi operasional variabel. Jika konsep atau variabelnya  bersifat kuantitatif – usia, penghasilan, volume penjualan,-  maka operasionalisasi variabelnya cukup mudah. Namun jika konsep atau variabelnya bukan kuantitatif – motivasi kerja, sikap, persepsi , loyalitas, kepuasan konsumen, kepuasan pegawai – maka diperlukan lebih banyak upaya dari peneliti untuk menentukan ukuran dari variabel tersebut. 
Uma Sekaran 2003, memberikan contoh ketika harus mengoperasionalisasikan konsep/variabel “achievement motivation” . Pertama tentukan dimensi – dimensi dari “achievement motivation” adalah: 1. driven by work, 2. Unable to relax, 3. Impatience with ineffectiveness, 4. Seek moderate challenges, 5. Seek feedback.  Kemudian dari dimensi yang ada dirinci lagi menjadi elemen-elemen perilaku yang ditampilkan – Beberapa penulis menggunakan istilah “indikator” sebagai pengganti kata “elemen”- Dimensi 1 elemennya adalah a. Constanly working, b. very reluctant to take time off for anything, c. persevering despite setback. Dimensi 2 elemennya adalah : a. thinks of work even at home, b. does not have any hobbies. Dimensi 3 elemenya adalah : a. swears under one’s breath when even small mistakes occur. Dimensi 4 elemenya adalah : a. opts to do a challenging rather than a routine job, b. opts to take moderate rather than overhelming challenges . Dimensi 5 elemennya adalah : a. asks fort feedback on how the job has been done, b. is impatient for immediate feedback .
Karena sasaran utama (sesuai dengan definisinya) definisi operasional variabel penelitian adalah pemberian ukuran (measurement) maka tugas peneliti berikutnya adalah menentukan ukuran ( nominal, ordinal, interval, ratio) dari setiap elemen atau elemen atau indikator.  Dengan demikian, penelitian yang tidak menggunakan analisis kuantitatif tetapi lebih pada analisis verbal/kualitatif maka definisi operasional variabel tidak perlu dilakukan.

e. Populasi dan sampel
Menurut Uma Sekaran 2003, yang dimaksud dengan populasi adalah “ the entire group of people, events, or things  of interest that researcher wishes to investigate.  Ada juga penulis lain yang mengatakan bahwa “ the population is the group of interest to the researcher, the group to which she or he would like to generalize the result of the study”  (Gay and Diehl).  Cooper and Schindler menyebutkan “ population is the total collection of elements about which we wish to make some inferences . Population element is the subject on which the measurement is being taken. It is the unit of study.”
Dengan demikian tidak semua penelitian harus ada populasi dan sampel.  Penelitian yang teknik pengambilan datanya adalah  studi dokumen atau wawancara mendalam dengan beberapa orang tertentu, tidak perlu menyatakan adanya populasi.  Lazimnya responden yang diwawancarai tidak dinamakan sebagai sampel, tetapi informan. Demikian pula kalau metode penelitiannya studi kasus. - Case study research is not sampling research ( Yin, 1994).
Karena sampel adalah sebagian dari populasi, maka  peneliti harus menjelaskan teknik pengambilan sampel secara rinci. Jika yang dipilih sampel acak, penelti harus menjelaskan teknik mana yang dipakainya – simple random samping, stratified random sampling, dst.  Atau jika menggunakan  sampel tidak acak maka dia harus menetapkan apakah menggunakan purposive sampling,  judgmental sampling, dst.
Catatan: Ketika proposal penelitian dilakukan, tidak sedikit mahasiswa yang belum berhasil memperoleh obyek penelitiannya. Dengan demikian akan kesulitan jika harus memaparkan populasi dan sampel penelitiannya. 

f. Teknik pengambilan data
Data is a collection of facts, such as numbers, words, measurements, observations or even just descriptions of things. 4)  Dengan demikian data  adalah semua informasi yang diperlukan oleh peneliti guna kepentingan analisis penelitiannya.  Walau teori-teori merupakan juga informasi yang penting, namun teori bukanlah data penelitian.
Jenis/bentuk/sumber bisa mermacam-macam. Di antaranya ada data sekunder-data primer; opini-fakta; kualitatif-kuantitatif. Perbedaan tersebut menuntut cara yang berbeda pula dalam pengambilan atau pengumpulan datanya. Data sekunder, fakta, atau kuantitatif,  seyogianya diambil dengan teknik studi documenter dan atau observasi sedangkan data primer, opini, atau kualitatif dikumpulkan dengan teknik wawancara dan atau kuesioner.  Karena teori bukan merupakan data penelitian maka studi kepustakaan tidak termasuk dalam teknik pengambilan data.
Jika penelitiannya menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data, maka peneliti juga harus menjelaskan teknik pengujian validitas dan realibilitas kuesionernya tersebut
g. Teknik analisis data
Definition of analysis: A systematic examination and evaluation of data or information, by breaking it into its component parts to uncover their interrelationships. 5) . Analysis is the process of breaking a complex topic or substance into smaller parts to gain a better understanding of it. 6)   
Analysis of data is a process of inspecting, cleaning, transforming, and modeling data with the goal of discovering useful information, suggesting conclusions, and supporting decision-making. 7) (en.wikipedia.org/wiki/. Data analysis is the process of evaluating data using analytical                         and logical reasoning to examine each component of the data provided. 8)
Dari dua definisi di atas maka tugas peneliti adalah menjelaskan teknik atau cara bagaimana dia mengolah data dari mulai awal sampai dengan menjawab tujuan penelitiannya  (hipotesis dan atau pertanyaan penelitian).  Jika analisisnya menggunakan statistika maka peneliti harus menjelaskan rumus-rumus apa yang digunakan. Analisis statistiknya harus sesuai dengan masing-masing tujuan penelitian 

Bandung, Maret 2015.

Hasan Mustafa

Sumber Kutipan;
Donald R Cooper, Pamela S. Schindler (2001)  Business Research Methods. McGraw-Hill International Edition. USA
L.R.Gay, P.L. Diehl (1992). Research Methods  For Business and Management. MacMillan Publishing Company, Canada
Uma Sekaran, Research Methods for Business. (2003)  A skill Building Approach. John Wiley & Sons, Inc. USA
Yin, R. (1994). Case study research: Design and methods (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage Publishing.
Web Site
1)      http://www.sagepub.com/upm-data/36330_Chapter2.pdf .
3)      https://wayanweb.wordpress.com/ptk/pendahuluan/kegunaan-hasil-penelitian/
6)      en.wikipedia.org/wiki/Analysis
7)      en.wikipedia.org/wiki/ 


Rabu, 12 November 2014



Metode Penelitian untuk Penelitian Sebab-Akibat (Causal Relationship). Mis:" Pengaruh X thd Y "
1.     A causal relationship is when one variable causes a change in another variable. These types of relationships are investigated by experimental research in order to determine if changes in one variable actually result in changes in another variable.  http://psychology.about.com/od/researchmethods/ss/expdesintro_4.htm

2.     Causal research is conducted in order to identify the extent and nature of cause-and-effect relationships. Causal research can be conducted in order to assess impacts of specific changes on existing norms, various processes etc. Experiments are the most popular primary data collection methods in studies with causal research design.  http://research-methodology.net/research-methodology/research-design/conclusive-research/causal-research/

3.     Causal research: The objective of causal research is to test hypotheses about cause-and-effect relationships. If the objective is to determine which variable might be causing a certain behavior, i.e. whether there is a cause and effect relationship between variables, causal research must be undertaken. In order to determine causality, it is important to hold the variable that is assumed to cause the change in the other variable(s) constant and then measure the changes in the other variable(s). This type of research is very complex and the researcher can never be completely certain that there are not other factors influencing the causal relationship, especially when dealing with people’s attitudes and motivations. There are often much deeper psychological considerations, that even the respondent may not be aware of this is not true.  There are two research methods for exploring the cause and effect relationship between variables:  Experimentation, and Simulation[9] http://en.wikipedia.org/wiki/Exploratory_research

4.     Question: Any recommended techniques for testing causal relations? I want to test the causal relationship between a dependent and few independent financial variables. I am not sure whether my data is linearly related so I cannot apply linear regression with confidence. What other techniques can I explore? How to proceed?
4.
Answer : IMPORTANT: NO regression technique, NO statistical analysis at all can test a causal relationship. Causality is no property contained in the data. The ONLY way to address causality is to perform a controlled experiment, where you know, a priory, that only the arbitrarily changed condition (and nothing else) can be responsible for a possible change in the response.
If you have only observational data (what is often the case in econometrics), you can only speculate or hypothesize about causal relations. A correlation of the respective variables would then be "in accordance" with such a speculation, but it will never be a proof, not even a strong support. And the lack of a correlation would *not* indicate that there is no causal relation. http://www.researchgate.net/post/Any_recommended_techniques_for_testing_causal_relations





Minggu, 12 Mei 2013



Penyusunan Kuesioner Penelitian
Hasan Mustafa
       Kuesioner atau banyak yang menyebutnya angket adalah salah satu alat yang banyak dipakai untuk mencari data, khusususnya data yang berbentuk “opini”/pendapat/sikap. Walau mungkin tampaknya mudah, karena “hanya” bertanya, namun dalam praktiknya lebih sulit dari yang dibayangkan. Tidak sedikit kuesioner yang disusun dirombak total ketika dikonsultasikan kepada para akhlinya. Hal ini terjadi biasanya karena kuesionernya dinilai tidak valid, artinya tidak sesuai atau dalam bahasa popular “tidak nyambung” dengan definisi operasional dan konseptual variabel penelitiannya. Misalnya, yang ingin diteliti adalah “persepsi”, tetapi kuesionernya berisikan pertanyaan tentang “sikap”. Ingin mengetahui “tingkat kepuasan”, tetapi isi kuesionernya tidak mampu mengukur “tingkat kepuasan”. Untuk hal terakhir tadi (validitas) akan dibahas dalam topik khusus.
        Pembahasan tentang kuesioner kali ini dibatasi pada bagaimana cara menyusun kuesioner, dikaitkan dengan definisi operasional variabel penelitian. Untuk itu kita langsung saja pada pokok pembahasan sesuai dengan contoh-contoh yang telah dibahas dalam penyusunan definisi operasional variabel penelitian.
       Contoh pertama penyusunan kuesioner (dalam kasus ini) adalah definisi operasional variabel “motivasi” berdasarkan pendapat Victor Vroom yaitu M = E x I x V. Agar memperoleh nilai atau skor motivasi (M) maka peneliti harus mampu memperoleh data tentang expectancy, instrumentality, dan valence. Expectancy (E) berupa data tentang seberapa besar keyakinan responden bahwa dia(mereka) mampu mengerjakan tugas tertentu dengan baik. Instrumentality (I) berupa data tentang seberapa besar tingkat keyakinan responden bahwa dia (mereka) akan memperoleh imbalan ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas tertentunya tadi. Valence (V)  berupa data tentang seberapa tinggi nilai imbalan yang akan diterimanya.
     Jumlah pertanyaan (pernyataan) untuk setiap dimensi tidak boleh terlampau sedikit, sehingga tidak mengukur dimensi tersebut secara meyakinkan. Misalnya, untuk mengetahui apakah responden yakin bahwa dia mampu (expectancy), satu pertanyaan saja tidaklah mencukupi. Untuk satu dimensi bisa dibuat 5 sampai dengan 10 pertanyaan atau pernyataan, sehingga jumlah pertanyaan/pernyataan yang akan diajukan sekitar 15 sampai 30 (untuk 3 dimensi). Di samping pertanyaan atau pernyataan, peneliti juga harus memberikan alternatif  jawaban sesuai dengan definisi operasional bagi setiap butir pertanyaan/peryataan. Alternatif jawaban harus “nyambung” atau relevan dengan pertanyaan/pernyataan. Satu pertanyaan/pernyataan harus hanya mengutarakan satu konsep saja. Misalnya, jangan bertanya tentang makanan dan minuman dalam satu pertanyaan karena ada dua konsep, yaitu makanan dan minuman. Jadi harus dua pertanyaan.
Definisi Operasional

Variabel

Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi
Skor Motivasi
Skala Pengkuran








Motivasi



Motivation is a product of the individual’s expectancy that a certain effort will lead to the intended performance, the instrumentality of this performance to achieving a certain result, and the desirability of this result for the individual, known as valence”.

M=ExIxV
Victor Vroom


1.Expectancy:
Keyakinan seseorang bahwa dia mampu mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya
2.Instrumentality:
Keyakinan seseorang bahwa jika dia berhasil mengerjakan tugas maka dia akan memperoleh imbalan
3.Valence
Nilai imbalan bagi seseorang ketika imbalan tersebut diperoleh
a.Ekspektancy dan Instrumentality
Keyakinan sangat tinggi, skor 1
Keyakinan tinggi skor 0,75
Keyakinan cukup, skor 0.50
Keyakinan rendah 0,25
Keyakinan sangat rendah skor 0.00

b. Valence
Nilai imbalan sangat tinggi, skor 1
Nilai imbalan tinggi, skor 0,75
Nilai imbalan cukup, skor 0,50
Nilai imbalan rendah, skor 0,25
Nilai imbalan sangat rendah, skor 0,00








Interval
Agar dapat dimengerti lebih mudah, kuesioner dimasukan ke dalam tabel.
Kuesioner

No.

Pertanyaan/Pernyataan
Jawaban
Sangat
Yakin
Yakin
Cukup Yakin
Tidak Yakin
Sangat Tidak Yakin

EXPECTANCY





1
Berdasarkan pengalaman kerja saya, saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik





2
Berdasarkan pendidikan formal saya, saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik





3
Dengan waktu yang tersedia, saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik






Dst……….






INSTRUMENTALITY





1
Jika pekerjaan saya selesai, saya akan memperoleh insentif atau bonus





2
Jika pekerjaan saya selesai, saya akan dipromosikan





3
Jika pekerjaan  saya selesai, atasan saya akan mengucapkan terimakasih






Dst…….







VALENCE
(butir pertanyaan/pernyataan dalam dimensi ini harus dikaikan dengan dimensi instrumentality)


Sangat bernilai

Berni-lai

Cukup berni-lai

Tidak berni- lai

Sangat tidak berni-lai
1
Buat saya insentif/ bonus





2
Buat saya promosi jabatan





3
Buat saya, ucapan terimakasih






Dst………………….






      Yang perlu diingat, agar memudahkan perhitungan pemberian skor, kalimat dari setiap pernyataan haruslah kalimat positif, bukan negatif.  Misalnya: Jika pekerjaan Anda selesai, Anda akan memperoleh insentif atau bonus” (positif), bukan : “Jika pekerjaan Anda selesai Anda tidak akan memperoleh insentif atau bonus”(negatif) . Namun jika memang sengaja (dengan tujuan tertentu) atau tidak disengaja ternyata kalimatnya negatif, maka skornya dibalik. Artinya, kalau jawabannya positif (sangat setuju atau setuju) maka nilainya 1 dan 2 sedangkan jawaban negative (tidak setuju/sangat tidak setuju) skornya 4 dan 5.
Contoh kedua : Variabel Kepuasan Kerja
Definisi Operasional

Variabel

Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi
Skor Sikap
Skala Pengukuran


Kepuasan Kerja

Sikap pekerja terhadap dimensi- dimensi pekerjaan
  1. Upah/gaji/imbalan financial
  2. Pekerjaan itu sendiri
  3. Rekan kerja
  4. Atasan
  5. Promosi
Sangat  Tidak Memuaskan: 1
Tidak Memuaskan: 2
Cukup Memuaskan 3
Memuaskan 4
Sangat Memuaskan: 5


Interval



 Kuesioner

No.

Pertanyaan/Pernyataan
Jawaban
Sangat Memuaskan
Memuaskan
Cukup Memuaskan
Tidak Memuaskan
Sangat
Tidak
Memuaskan
 A
Upah/gaji/imbalan finansial





1.
Jumlah gaji / upah tetap yang diberikan oleh organisasi kepada saya





2.
Insentif yang diberikan oleh organisasi kepada saya





3.
Uang hadir yang diberikan oleh organisasi kepada saya






Dst ……





B
Pekerjaan





1.
Beban kerja yang saya rasakan





2.
Jenis pekerjaan yang saya lakukan





3.
Tingkat kesulitan pekerjaan saya






Dst……





C
Rekan Kerja





1
Pertolongan dari rekan kerja saya





2
Persahabatan dengan rekan kerja saya





3
Kerjasama dengan rekan kerja saya





D
Atasan





1
Kerjasama dengan atasan saya





2
Pengarahan dari atasan saya





3
Dukungan dari atasan saya





4
Pengawasan dari atasan saya






Dst…..





E.
Promosi





1
Menurut saya kesempatan untuk promosi





2
Menurut saya prosedur promosi





3
Menurut saya persyaratan promosi






Dst………..






Contoh ketiga: Variabel “Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu Pelayanan di Rumah Makan X”
Definisi Operasional

Variabel

Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Dimensi
Skor Kepuasan
Skala Pengukuran



Kepuasan Konsumen Terhadap Mutu Pelayanan

Perasaan suka atau kecewa konsumen terhadap dimensi-dimensi peyananan (Reliability, Responsiveness, Assurance , Empathy, dan Tangible) yang dihasilkan dari proses perbandingan kinerja mutu pelayanan dengan harapan”


  1. Reliability
  2. Responsiveness
  3. Assurance
  4. Empathy
  5. Tangible


Kinerja lebih buruk daripada harapan skor 1 (tidak Puas)
Kinerja sama dengan harapan skor  2  (puas)
Kinerja lebih baik daripada harapan skor 3 (sangat puas)




Interval

Kuesioner


No.


Kinerja (performace)
Jawaban
Lebih baik
daripada harapan
 Sesuai dengan harapan
Lebih buruk daripada harapan
A
Reliability



1
Kelengkapan menu makanan dan minuman



2
Ketepatan promosi / iklan



3
Dst,,,



B
Responsiveness



1
Kecepatan pelayanan makanan/minuman



2
Kecepatan pelayanan pembayaran



3
Kecepatan melayani permintaan tambahan



4
Dst……………….



C
Assurance



1
Mutu makanan yang dijual



2
Mutu minuman



3
Dst………….



D
Empathy



1
Pemahaman pelayan terhadap kebutuhan Anda



2
Keramahan pelayanan



3
Dst……………….



E
Tangible



1
Kebersihan ruangan



2
Kenyamanan udara di ruangan



3
Dst……………..



Catatan: Dalam kolom jawaban hanya diberikan tiga kategori jawaban, yaitu sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai dengan harapan, karena konsep yang dikemukakan oleh Kottler memang seperti itu. Namun ketika peneliti ingin membuat menjadi lima alternatif dengan tujuan agar memperoleh data lebih rinci, boleh saja dilakukan namun perlu dijelaskan mengapa hal tersebut dilakukan.
Contoh berikutnya adalah kuesioner yang disusun dalam upaya ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja. Katakanlah, yang ingin diteliti adalah pegawai di suatu perusahaan atau instansi.
Definisi Operasional:

Variabel

Definisi Konseptual
Definisi Operasional
Tingkat Pendidikan
Peringkat Pendidikan
Skala Pengukuran


Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidian adalah urutan pendidikan formal mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi
SD
SLTP
SLTA
S1
S2
S3
SD = 1
SLTP = 2
SLTA = 3
S1 = 4
S2 = 5
S3 = 6



Ordinal


Dimensi/aspek penilaian kinerja

Skor Kinerja Pegawai




Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai adalah hasil penilaian organisasi atas apa-apa yang telah dilakukan pegawai selama bekerja
Kehadiran
Loyalitas
Kualitas Kerja
Kuantitas Kerja
Kerjasama
Inisiatif
Kepemimpinan

Sangat Baik = 5
Baik = 4
Cukup = 3
Kurang Baik = 2
Sangat Kurang  Baik = 1



Interval

         Dalam beberapa kasus, kuesioner tidak seharusnya diisi oleh orang yang sedang kita teliti, dengan tujuan agar memperoleh data yang relatif obyektif. Misalnya, ketika peneliti ingin mengetahui kinerja responden maka informasinya akan lebih obyektif jika pihak lainlah yang memberikannya. Informasi kinerja pegawai akan lebih obyektif jika diisi oleh atasan langsung pegawai tersebut.  Idealnya, data kinerja pegawai berupa data sekunder – data yang sudah ada dalam organisasi. Tugas peneliti hanya menyalin data yang sudah ada. Namun jika data sekunder tidak ada maka tidak ada jalan lain, peneliti harus membuat kuesioner seperti di bawah ini:

Nama Pegawai Yang Dinilai: ………………………………………………, Unit Kerja: …………………………..

Pendidikan : SD – SLTP – SLTA – S1 – S2 – S3 (Dilingkari)
Kinerja Pegawai

No.

Faktor Yang Dinilai

Sangat baik

Baik

Cukup

Tidak baik


Sangat Tidak Baik
1
Kehadiran





2
Loyalitas





3
Kualitas Kerja





4
Kuantitas Kerja





5
Kerjasama





6
Inisiatif





7
Kepemimpinan