Selasa, 02 Februari 2010

BOSAN BEKERJA

    Dalam sebuah pelatihan, ada pertanyaan dari peserta: " Saya adalah seorang pegawai negeri. saya sudah merasa sangat bosan berasa di jabatan yang sekarang sdaya pegang. Sudah hampir 7 tahun saya memegang jabatan ini. Sudah beberapa kali saya minta dipindahkan ke jabatan lain, namun sampai dengan saat ini belum juga dijawab permintaan saya tersebut. Apa yang harus saya lakukan untuk menekan rasa bosan tersebut?"
     Merasa bosan dalam satu jabatan yang telah digeluti selama 7 tahun bukanlah satu kejanggalan, apalagi bagi mereka yang , cerdas, kreatif, dan senantiasa ingin maju ke arah lebih baik. Agar termotivasi bekerja lebih baik, idealnya pegawai yang memilih pekerjaan. Namun realitanya tidak demikian. Pekerjaan yang memilih pegawai. Akibatnya tidak sedikit pegawai yang merasa tidak cocok dengan pekerjaannya. Mungkin di awal bekerja hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah, namun ketika ketidakcocokan tersebut berlangsung 7 tahun....?
     Saya memberikan dua kiat yang bisa dilakukan pegawai. Pertama, segera keluar dari pekerjaan tersebut dan temukanlah pekerjaan yang lebih cocok dan lebih mampu membahagiakan diri pegawai. Keluar dari pekerjaan termasuk salah satu strategi meniti karier, dengan catatan pegawai tersebut telah yakin bahwa ada pekerjaan lain yang lebih baik di luar organisasi yang sekarang. Namun ketika belum yakin, bersabarlah tetap bersama pekerjaan yang membosankan tersebut disertai dengan upaya mencari pekerjaan lain.
      Ketika kita merasa bahwa pekerjaan makin  membosankan artinya kita telah bersikap negatif terhadap pekerjaan tersebut. Hati-hati, sikap negatif terhadap pekerjaan bisa membuat motivasi kerja kita menurun. Motivasi kerja menurun, kinerja pun menurun. Kinerja memburuk, harga diri kita pun merosot. Artinya kita bisa mempunyai harga (nilai) yang rendah di mata orang lain ketika kinerja kita senantiasa tidak baik. Bos memandang kita bukan lagi sebagai modal, namun sebagai duri yang menusuk organisasi, yang harus segera dicabut dan lalau dibuang. Demikian juga rekan kerja, mereka tidak hormat lagi kepada kita. Diri kita tidak lagi berharga 
      Kiat kedua adalah menemukan sisi positif dari pekerjaan yang membosankan tersebut. Misalnya, berpikir ulang tetang hasil yang kita peroleh dari pekerjaan tersebut selama ini. Diri kita bisa tetap bertahan hidup, anak kita bisa bersekolah, istri kita masih mencintai kita karena kita bisa memberikan nafkah, atau banyak pihak yang telah tertolong hidupnya dari hasil pekerjaan kita tersebut. Berpikir positif terhadap nilai pekerjaan yang selama ini kita geluti bagi diri kita dan juga orang-orang lain, pastinya akan memunculkan sikap yang positif. Dan akibatnya kita tetap masih bisa bertahan di perkerjaan yang membosankan tersebut dengan kinerja yang tetap baik.
     
Bandung, 3 Februari 2010